Bayangan Semu
oleh : Yulma
Malam yang indah
sebuah hiasan melekat jelas
dengan tatapan yang sendu
kini semakin terlihat semu
mimpi-mimpi itu
kini hadir kembali dalam goresan sebuah tinta
titik demi titik terukir dengan rapi
tulisan demi tulisan tersusun
menjadi sebuah kalimat yang sempurna
namun, kini tulisan itu hanyalah
sebuah karangan semu
yang tiada arti
yang tinggal hanyalah
sebuah bayangan semu
dengan penuh tanda tanya.
Minggu, 19 November 2017
Minggu, 12 November 2017
Puisi
Engkaukah Itu?
oleh : Yuliana
Engkau
kah itu?
Yang berdendang sendu
Bersama seuntai senandung rindu
Diantara rintihan sang kalbu
Yang terus tenggelam dalam kubangan pilu
Terinjak-injak derap langkah sang waktu
Engkau kah itu?
Yang menimpakanku berbagai macam rindu
Dengan sejuta lembaran bayangmu
Merebut tiap hembusan nafasku
Aku merindukanmu.. Aku merindukanmu yang dulu.
Engkau kah itu?
Yang selama ini mencintaiku
Yang melengkapi setiap langkahku
Yang bermain di atas taman hatiku
Yang selalu berdendang di ujung rinduku
Yang takkan hilang meski disapa mesra sang bayu
Engkau kah itu?
Yang perlahan menaklukanku.
Yang membuat hidupku,
Yang berdendang sendu
Bersama seuntai senandung rindu
Diantara rintihan sang kalbu
Yang terus tenggelam dalam kubangan pilu
Terinjak-injak derap langkah sang waktu
Engkau kah itu?
Yang menimpakanku berbagai macam rindu
Dengan sejuta lembaran bayangmu
Merebut tiap hembusan nafasku
Aku merindukanmu.. Aku merindukanmu yang dulu.
Engkau kah itu?
Yang selama ini mencintaiku
Yang melengkapi setiap langkahku
Yang bermain di atas taman hatiku
Yang selalu berdendang di ujung rinduku
Yang takkan hilang meski disapa mesra sang bayu
Engkau kah itu?
Yang perlahan menaklukanku.
Yang membuat hidupku,
Terasa
begitu mengharapkanmu
Engkaukah itu?
yang selama ini hadir dalam mimpiku.
tanpa ku minta dan tanpa ku tunggu
apakah dirimu masih menginginkanku?
atau kah berharap diriku pergi dari dirimu?
Engkaukah itu?
yang selama ini hadir dalam mimpiku.
tanpa ku minta dan tanpa ku tunggu
apakah dirimu masih menginginkanku?
atau kah berharap diriku pergi dari dirimu?
Rabu, 08 November 2017
Pada Hujan Ku Menangis
Sore itu anis duduk termenung dan menghayal, seraya memikirkan apa yang telah terjadi pada hatinya saat ini. Ada hal yang anis tidak tahu mengenai dirinya sendiri, anis bingung apa yang ingin ia lakukan. Dikala hujan turun dengan derasnya begitu pula dengan hati anis, hatinya terus menggeliat seraya ingin melakukan sesuatu tapi entah apa yang ingin dilakukannya.
Tanpa terasa sudah 30 menit anis duduk dan termenung dan tak menyangka air matanya mengalir hebat dikedua pipinya. Hati anis sangat sakit ketika mengingat semua kenangan itu. kenangan yang memberikan begitu banyak kebahagiaan tapi apa daya sekarang hanyalah menjadi sebuah kenyataan pahit yang mesti anis terima.
Dalam hati anis berkata : Ya Allah mengapa engkau mengenalkanku padanya? aku kira dialah orang yang engkau titipkan kebahagiaan padanya. tapi aku salah ternyata bukanlah dia orangnya. Tapi aku tidak menyesal setelah mengenalnya, aku bisa mengambil pelajaran darinya.
sore itu anis menangis sejadi-jadinya, perasaannya saat ini begitu sakit bagaikan teriris pisau yang begitu tajam. Hujan disore itu turun dengan derasnya beitu pula dengan air mata anis yang mengalir deras dipipinya.
Tanpa terasa sudah 30 menit anis duduk dan termenung dan tak menyangka air matanya mengalir hebat dikedua pipinya. Hati anis sangat sakit ketika mengingat semua kenangan itu. kenangan yang memberikan begitu banyak kebahagiaan tapi apa daya sekarang hanyalah menjadi sebuah kenyataan pahit yang mesti anis terima.
Dalam hati anis berkata : Ya Allah mengapa engkau mengenalkanku padanya? aku kira dialah orang yang engkau titipkan kebahagiaan padanya. tapi aku salah ternyata bukanlah dia orangnya. Tapi aku tidak menyesal setelah mengenalnya, aku bisa mengambil pelajaran darinya.
sore itu anis menangis sejadi-jadinya, perasaannya saat ini begitu sakit bagaikan teriris pisau yang begitu tajam. Hujan disore itu turun dengan derasnya beitu pula dengan air mata anis yang mengalir deras dipipinya.
Puisi
Gerimis di Awal November
oleh : Yulma
Suara itu datang lagi
Bak percikan air yang begitu indah
Membasahi seluruh tumbuhan di taman
Sejuk rasanya mendengar suara itu
Gerimis
Yah dialah gerimis
Yang turun dari indahnya langit
Suaranya begitu merdu
mengingatkan akan semua kenangan itu
Tak pernah aku menyangka
Bahwa semuanya telah berlalu
yang tersisa hanyalah
Suara percikan yang begitu syahdu
Itulah yang kusebut gerimis
oleh : Yulma
Suara itu datang lagi
Bak percikan air yang begitu indah
Membasahi seluruh tumbuhan di taman
Sejuk rasanya mendengar suara itu
Gerimis
Yah dialah gerimis
Yang turun dari indahnya langit
Suaranya begitu merdu
mengingatkan akan semua kenangan itu
Tak pernah aku menyangka
Bahwa semuanya telah berlalu
yang tersisa hanyalah
Suara percikan yang begitu syahdu
Itulah yang kusebut gerimis
Langganan:
Postingan (Atom)
Puisi
Surat yang Tak Tersampaikan Oleh : Yuliana Surat itu tersirat bagaikan debu Yang tak dapat kulampiaskan satu persatu Namun ku coba...
-
Surat yang Tak Tersampaikan Oleh : Yuliana Surat itu tersirat bagaikan debu Yang tak dapat kulampiaskan satu persatu Namun ku coba...